Setiap Selasa dan Jumat siang, pemandangan haru selalu tampak di halaman RS Siaga Medika Purbalingga. Seorang pria muda dengan tubuh sederhana, namun hati luar biasa, tampak menggendong seorang perempuan paruh baya dari dalam ambulans. Dialah Wanto (31), warga Desa Senon, Kecamatan Kemangkon — dan perempuan yang digendongnya adalah sang ibu tercinta, Hadimah (57).

Ibu Hadimah adalah pasien cuci darah atau hemodialisa (HD) yang sudah rutin menjalani pengobatan dua kali dalam sepekan. Tubuhnya kini tak lagi sekuat dulu. Untuk berjalan pun sulit, apalagi menempuh perjalanan jauh ke rumah sakit. Namun Wanto tak pernah membiarkannya merasa sendiri. Setiap jadwal cuci darah tiba, Wanto dengan penuh kasih dan sabar selalu menggendong sang ibu — mulai dari dalam rumah menuju ambulans gratis layanan BAZNAS, hingga dari ambulans ke ruang HD di rumah sakit.

Tak ada keluhan, tak ada raut lelah. Di balik peluhnya, tersimpan cinta yang begitu besar kepada perempuan yang dulu menimangnya dalam dekapan kasih. Kini peran itu terbalik. Sang anak yang dulu digendong dengan penuh kasih, kini menjadi sosok yang setia menggendong dan menunggu sang ibu melewati masa-masa sulitnya.

“Selama Ibu masih ada, saya akan terus mendampingi,” ucap Wanto singkat namun penuh makna.

Selama proses HD yang memakan waktu beberapa jam, Wanto selalu menunggu dengan sabar di ruang tunggu rumah sakit.

Kisah Wanto bukan sekadar cerita tentang bakti seorang anak. Ini adalah cermin cinta sejati, tentang bagaimana kehidupan berputar—bahwa mereka yang dulu merawat dan mencintai kita tanpa syarat, kini menjadi tanggung jawab yang kita peluk dengan segenap jiwa.

BAZNAS Kabupaten Purbalingga, melalui layanan ambulans gratisnya, merasa terhormat bisa menjadi bagian kecil dari perjuangan mereka. Sebab bagi BAZNAS, setiap perjalanan menuju rumah sakit bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan juga perjalanan cinta, ketulusan, dan pengabdian yang tak terukur nilainya.